Thursday, November 13, 2008

Kisah Para Mujahid Perindu Syahid

Kenapa pakai judul itu, ya?
Lagi pengin adjah....
Hehehe

Tepatnya habis baca berita eksekusi Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra (bagusan dipanggil Abdul Aziz). Basi emang...tapi...subhanallah ceritanya membuat SyiFa terhenyak...duduk manis sambil membaca berita-berita itu dengan seksama...kemudian melacak berita-berita yang berkaitan dengan topik tersebut. Jarang-jarang lho SyiFa bisa seantusias ituwh kalo lagi baca koran. Apalagi SyiFa tau media-media ituwh kebanyakan tidak objektif dalam memberitakan sesuatu. Tapi...kali ini lain. SyiFa terperangah melihat tulisan yang ada di koran yang SyiFa baca kemarin malam. Bukan koran baru, memang. Hanya saja karena aktivitas SyiFa yang cukup padat akhir-akhir ini membuat SyiFa hanya bisa memperhatikan judul Headline koran tersebut, yaitu "THE END".

SyiFa telusuri koran yang terbit setelah koran tersebut. Tepat saja. SyiFa lihat foto keranda yang ditutupi kain hijau berlafadz syahadat yang dibawa oleh segerombol massa yang berdesakan. Gumam SyiFa, "ini dia!"

Emang apaan, sih? Yah...gambar keranda Amrozi dan Mukhlas...siapa lagi?

SyiFa ingat, pada hari pemakaman Trio Bomber tersebut...sebuah SMS datang pada SyiFa...malam-malam. "Kamen! Aq baru dari Lamongan...habis ikut pemakaman Ustadz Amrozi dan Mukhlas. Rame banget di sini. Subhanallah!" kira-kira begitu isinya...walaupun nggak persis. SMS itu datang dari teman SyiFa...yang sering SyiFa panggil dengan "Hulk" (en SyiFa dipanggil "Kamen Rider" oleh beliau). Waktu itu SyiFa tanya apakah beliau sendirian ke sana dan beberapa kalimat takjub. Beliau bilang yang datang ke sana banyak sekali tapi media tidak diperbolehkan meliput jenazahnya, kalo ada yang berhasil meliput...pasti akan kelihatan ramainya. Beliau pun mengatakan bahwa beliau datang bersama 3 orang sahabat beliau. Dan salah seorang teman beliau mencium wangi yang tidak biasa pada jenazah. Beliau juga mengatakan bahwa kedua jenazah tersebut dalam keadaan tersenyum...begitu juga dengan jenazah Abdul Aziz/Imam Samudra yang ada di Banten (menurut berita yang beliau dengar). SyiFa hanya bisa menyampaikan doa bagi ketiga orang tersebut.

Kemarin malam...SyiFa yang baru pulang dari kampus mencoba untuk duduk santai, beristirahat di ruang keluarga. Di sana ada tumpukan koran. Yang paling atas adalah koran tanggal 10 November dengan headline "THE END" tersebut. SyiFa jadi teringat SMS dari teman SyiFa itu. Segera SyiFa baca dan SyiFa cari koran yang keesokan harinya. Subhanallah...SyiFa baru kali ini membaca tulisan media yang begitu halus menceritakan proses eksekusi sampai pemakaman ketiga terpidana mati Bom Bali tersebut. Rasanya SyiFa seperti membaca sebuah novel sekaliber Da Vinci Code yang membuat SyiFa membayangkan cerita itu...terjadi tepat di depan mata SyiFa. Tahu apa isinya? Sebuah penghargaan bagi tiga orang terpidana mati tersebut atas sikap mereka yang kooperatif selama proses eksekusi. Menjelang eksekusi mati, ketiganya mandi, berwudhu, memakai gamis putih, celana hitam atau coklat, dan memakai minyak wangi. Tanpa diseret ataupun dipaksa...saat mereka dijemput...mereka langsung berjalan mengikuti anggota kepolisian yang menjemput mereka setelah sebelumnya sama-sama memekikkan takbir sebanyak lima kali (lucunya, saat salah seorang petugas berkata agar mereka tidak terlalu ramai, salah satu dari mereka berkata, "Kita ini hanya sedang mengusir setan kok, Mas"). Ketiganya meminta mata tidak ditutup dengan kain...jadi...mereka hanya menutup mata dan menunduk. Sebelum ditembak, masing-masing memekikkan takbir. SyiFa sampai pengin nangis bacanya. Itulah saat-saat yang paling mereka nantikan, bukan? Kembali pada Rabb mereka. Jika syahid adalah cita-cita mereka.

Animo yang luar biasa lebih tampak di kediaman Mukhlas dan Amrozi...banyak sekali orang yang menyambut mereka dengan pekikan takbir. Tak satupun menangis. Para simpatisan mengenakan headband (ikat kepala) bertuliskan "Keluarga Syuhada". SyiFa berpikir sambil tersenyum...teman SyiFa tadi pasti adalah satu di antara orang-orang tersebut :). SyiFa merasa takjub dengan ketabahan orang-orang yang ditinggalkan. Istri Amrozi bahkan masih bisa bercanda dengan mertuanya menjelang eksekusi. Tak ada tangis yang mengiringi pemakaman ketiga orang tersebut. SyiFa hanya berpikir...apa yang harus ditangisi...bila mereka percaya bahwa orang-orang yang mereka cintai tersebut mati syahid, mereka harusnya malah senang. Siapa yang tidak mau dengan kesyahidan?

Walaupun hingga sekarang...hanya Allahlah yang tahu apakah mereka benar-benar syahid atau tidak. SyiFa pun hanya bisa berdoa mereka mendapatkan yang terbaik dari Allah.

Kisah ini mengingatkan SyiFa pada seorang sahabat Rasulullah yang SyiFa kagumi, Abdullah bin Rawahah (SyiFa ingat sekali saat pertama kali mendengar nama beliau). SyiFa kagum pada beliau meskipun beliau sempat mengalami keraguan...menejelang perang. Yah...satu puisi yang SyiFa ingat betul...kira-kira begini bunyinya...

Wahai jiwaku...
Berperang atau tidak engkau pasti akan mati
Namun...
Mengapa kini aku melihatmu begitu membenci Surga?

Allahu akbar...subhanallah...indah sekali puisinya. Dan SyiFa bergetar saat mendengar puisi itu dibacakan. SyiFa merinding...mencoba merasakan apa yang beliau rasakan saat mengucap puisi itu.

Yah...kematian telah di depan mata...kau tahu itu. Kau tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau kau memimpin perang itu...pastilah kau mati karena Rasulullah terdiam setelah menyebutkan namamu. Apa yang akan kau lakukan? Lari? Lari dari apa? Lari dari kematian? Kematianlah yang akan menjemputmu. Kematian adalah seuatu yang tak dapat kau tolak. Kalau tidak sekarang...nanti juga kau pasti akan mati. Namun, kesempatan untuk mati syahid...mungkin tak datang dua kali. Kesempatan untuk mati terhormat di hadapan Allah...mungkin hanya kali ini. Jadi, akankah kau menyia-nyiakannya? Akankah kau biarkan dirimu mati terbaring di atas kasur nan empuk, bergelimang harta? Atau kau memilih menggunakan kesempatan ini? Free pass masuk surga di depan mata. Dan rugilah engkau jika tak memanfaatkannya. Apa yang hendak kau lakukan di dunia? Dunia ini fana belaka. Yang banyak adalah godaan.

Mungkin kira-kira itulah yang beliau pikirkan. Pernah nggak sih kita terbayang seperti itu? Kematian itu telah dekat dan kita tahu itu. Kita akan mati di sana...namun kemuliaan pun sedang menanti di sana. Tiket masuk surga dibagikan gratis di sana bagi orang-orang yang ikhlas. Itulah situasi yang paling menegangkan dalam hidup kita, mungkin. Di mana kita harus melepaskan semuanya...hanya demi Allah...demi kemuliaan Islam. Rindukah engkau saat-saat seperti itu? SyiFa membayangkan...mungkin itulah saat terindah bagi seorang mujahid yang lama merindukan syahid. Syahid yang sebenar-benarnya. Allah...

Terimalah jiwa-jiwa yang ikhlas itu...jiwa-jiwa yang senantiasa mengharap ridhaMu semata. Jiwa yang tak putus memikirkan kemuliaan Islam dan cara untuk menunjukkannya. Serta jiwa-jiwa yang terus berjuang demi kembalinya kemuliaan Islam...di tengah tekanan kaum kufur. Jiwa-jiwa yang meninggikan cintanya hanya untukMu. Allahu a'lam.

0 comments:

Post a Comment

About Us

Open for public discussion about Syari'ah n Khilafah

Please contact us at




Facebook: Bright Thinker

Twitter: Sheefaulcolby