Wednesday, May 5, 2010

Kematian : Sebuah Kepastian

Kematian adalah suatu kepastian
Kematian tidak dapat dimajukan atau dimundurkan
Kematian tidak dapat dicegah atau dihindari
Kematian bukanlah suatu hal yang bisa diatur dengan mantra atau hitungan
Kematian tetaplah rahasia Allah
Kita tidak bisa lari dari kematian saat ia datang
Sebaik apa pun kita bersembunyi darinya, kematian pasti akan menemukan kita
Maka benarlah sabda RasuluLlah
Di akhir zaman, umat Islam akan dijangkiti penyakit wahn
Yaitu penyakit cinta dunia dan takut mati
Padahal mati adalah sebuah kepastian yang ghaib
Tapi bagaimana kita mati adalah sebuah pilihan
Apakah kita memilih mati sebagai mu'min, musyrik, atau murtad
Semua terserah kita
Bila tak ingin dikejar-kejar oleh kematian
Carilah tempat di mana Allah tak berkuasa atasnya
Larilah ke sana dan buatlah dirimu kekal bila kau bisa
Bila di dunia ini ada neraka yang diciptakan oleh manusia
Maka kita masih bisa meminta perlindungan Allah
Tetapi bila di akhirat kelak kita masuk neraka Allah
Siapakah yang akan kita mintai pertolongan?

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.
(TQS. Qaaf : 16-19)

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (TQS. Al-Baqarah : 165-167)

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?." (TQS. Al-Baqarah : 170)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (TQS. Al-Baqarah : 186)

Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: "Marilah kepada kami." Dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar. (TQS. Al-Ahzab : 16-17)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (TQS. Al-Ahzab : 36)

Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (TQS. Faathir : 5-6)

Monday, March 22, 2010

MUTILASI TERHADAP UMAT MUSLIM

Umat muslim telah diMUTILASI atas nama nasionalisme, demokrasi, dan sekularisme. Itu memang kata-kata yang ekstrim tapi itulah yang terjadi dalam tubuh kaum muslimin saat ini. Sering kita dengar bahwa kaum muslimin adalah satu tubuh, kalau salah satu anggota badan merasakan sakit maka yang lain juga akan merasa sakit. Tapi apa yang terjadi sekarang? Antara muslim satu dengan muslim lain sudah tak seperti satu tubuh lagi. Perasaan sakit ketika salah satu muslim disakiti sudah memudar dan hampir tak terasa lagi. Mungkin hanya atas dasar kemanusiaan saja ada yang bersimpati. Itu pun tak banyak merespon, yang paling sering kita dengar "itu kan negara mereka, itu urusan mereka, kita tidak usah ikut campur, kita hanya mendukung saja upaya perdamaian". Seolah rasa sakit itu sudah tak menggerogoti pikiran mereka sama sekali. Tubuh macam apa itu? Ya, itu adalah tubuh yang sudah diMUTILASI yang sudah tak merasakan apa-apa lagi bila lengannya ditusuk belati, yang sudah tak merasa sakit lagi bila jempol kakinya dipatahkan...ya...MATI RASA.
Bagaimana kaum muslimin bisa mati rasa saat saudara-saudaranya di Afghanistan, di Iraq, di Palestina, di Chechnya disiksa, dibunuh hingga darah-darah mereka kering di jalan-jalan yang berdebu? Inilah, efek dari "MUTILASI" dengan kedok nasionalisme. Saya rasa pas sekali nasionalisme itu dikatakan sebagai MUTILASI karena memang sekejam itulah efek dari nasionalisme. Nasionalisme mampu membuat sesama muslim tak mengenali satu sama lain, saling mencurigai, saling bermusuhan bahkan saling membunuh dengan menanggalkan identitas aqidah mereka. Seolah-olah nasionalisme adalah sesuatu yang agung yang harus dilindungi keberadaannya. Padahal nasionalisme tak menghasilkan apa-apa kecuali luka menganga, memutus ikatan mulia atas dasar aqidah di antara umat muslim, diganti dengan ikatan2 rendahan semacam nasionalisme, kesukuan, dll. Nasionalisme juga telah mengubah umat muslim yang sejatinya adalah singa yang ditakuti oleh para penjajah kafir kapitalis menjadi anak-anak anjing kecil yang siap dicaplok dan dijadikan buruh-buruh mereka. Hal ini jelas terlihat dari ketergantungan negeri-negeri muslim terhadap investasi dari kaum kafir penjajah. Padahal yang mereka lakukan hanya menjadi benalu-benalu bagi negeri-negeri muslim. Mereka menciptakan suatu sistem ekonomi yang benar-benar menguntungkan mereka dan merugikan lawan-lawan mereka dan mereka mencengkeram negeri-negeri muslim dengan itu, membuat kita seolah-olah begitu bergantung pada mereka, mengiba, memelas, mengemis-ngemis pada mereka untuk datang dan berinvestasi di negeri-negeri kita. Padahal, pada kenyataannya merekalah yang butuh pada kita. Lihat saja betapa besar cadangan kekayaan alam negeri-negeri muslim. Barang tambang melimpah, flora dan fauna yang begitu kaya, hingga iklim yang sangat bagus untuk hidup, bercocok tanam, dan melaut. Apa yang kurang? Tak ada!
Kita saja yang mau-maunya dibodohi dan dikerdilkan oleh mereka bahwa kita tidak bisa mengelola ini semua sendirian, padahal orang-orang muslim itu cerdas. Saat para kafir penjajah itu sibuk menghadapi DARK AGE, Kaum muslimin sudah mencapai GOLDEN AGE. Begitu banyak hal telah ditemukan oleh para cendekiawan muslim saat para kafir penjajah itu sibuk menghadapi penguasa-penguasa mereka yang berjiwa lintah darat, menghisap darah rakyat mereka. Namun, menyadari potensi kekuatan kaum muslimin yang luar biasa ini, mereka menjadi ketakutan. Mereka tahu betul bahwa kaum muslimin tak akan terkalahkan saat bersatu dan memiliki keimanan yang kuat pada Allah dan RasulNya. Untuk itu mereka merancang suatu strategi yang tahan lama dengan efek yang susah disembuhkan, itulah gabungan dari nasionalisme, demokrasi, dan sekularisme lengkap dengan kapitalisme. Strategi ini terbukti berhasil melumpuhkan persendian kaum muslimin hingga kemudian kaum muslimin berhasil mereka mutilasi menjadi negara-negara kecil yang siap mereka jadikan santapan. Mereka juga tahu bahwa kaum muslimin bisa sangat hebat dengan Bahasa Arab, mereka ganti huruf-huruf Arab menjadi huruf latin dan makin mencengkeram negeri-negeri muslim dengan menjadikan Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional yang wajib dipelajari oleh para siswa sekolah di negeri-negeri muslim. Ini langkah awal untuk menjadikan masyarakat west minded. Kemudian mereka mencengkeram dan memanipulasi media-media informasi di seluruh dunia. Tak sulit untuk mencengkeram media-media tersebut karena hampir semua media informasi bersifat terbuka untuk investasi, siapa pun bisa menyetir asalkan "kompensasinya rasional". Dari media-media tersebut mereka menyuntikkan virus-virus nasionalisme dan demokrasi...yang akan menginternalisasi pemikiran kaum muslimin dan mengukuhkan cengkeraman kuku-kuku mereka di negeri-negeri muslim serta bebas menghisap kekayaan alamnya. Kaum muslimin dijauhkan dari pemikiran tentang agama mereka, dan saat mereka tahu itu tidak mungkin, mereka menyuntikkan sekularisme dan menjadikan pluralisme sebagai "dopping"nya. Setelah itu mereka mencekoki kaum muslimin dengan gaya hidup mewah ala zaman jahiliyyah yang kemudian menyuburkan penyakit wahn (cinta dunia) dalam diri umat muslim. Seiring dengan itu semua, mereka menghapuskan sejarah gemilang kaum muslimin dengan materi revolusi Inggris, revolusi Perancis, dan cerita dongeng kegemilangan mereka serta menyisakan kisah perang berdarah-darah umat muslim di lembar-lembar buku sejarah dunia. Mereka mencekoki kaum muslimin dengan ide-ide ekonomi kapitalis yang profit oriented dan sistem demokrasi yang kacau. Lalu mereka datang dengan topeng kerjasama bilateral, pura-pura berinvestasi, mendatangkan perusahaan-perusahaan besar loyal mereka untuk mengeksploitasi kekayaan alam negeri-negeri muslim dan memberikan bagian yang sangat sedikit bagi kaum muslimin sendiri. Dalam sistem demokrasi kapitalis dikenal nama otonomi yang kemudian mempermudah kaum kafir penjajah untuk menelannya. Dari sini muncullah isu disintegrasi karena tidak ada pemerataan pembangunan. Ekspos media terhadap negara-negara kafir penjajah yang besar-besaran dan hanya menayangkan kegemilangan-kegemilangan mereka membuat umat muslim silau dan akhirnya ingin mengikuti mereka. Umat muslim pun meniru gaya hidup hingga pemikiran-pemikiran mereka. Umat muslim terjebak pada pola hidup hedonis dan pola pikir kapitalis-sekuler, intinya kaum kafir penjajah telah suskses menidurkan kaum muslimin.
Namun kaum kafir menyadari bahwa mereka tak bisa menipu seluruh muslim, akan tetap ada golongan-golongan umat muslim yang tak menelan mentah-mentah racun mereka. Orang-orang tersebut pun mulai mengadakan berbagai perlawanan dari yang sifatnya pemikiran hingga fisik. Untuk menghadapi itu, para kafir penjajah menggunakan beberapa teknik. Yang pertama adalah dengan memunculkan golongan-golongan tandingan yang sifatnya sangat nasionalis dan liberalis. Tugas mereka adalah memutarbalikkan tafsir terhadap ayat-ayat Allah setelah mereka tak bisa lagi menipu umat muslim dengan Al-Quran palsu. Mereka pun menyulut berdirinya aliran-aliran sesat dalam tubuh Islam dan menjadikan golongan tadi sebagai pembela-pembelanya. Di sisi lain, mereka juga melihat potensi umat muslim untuk kembali mempelajari agama mereka, mereka mengokohkan dinding sekularisme dengan memisahkan bahasan ibadah dan akhlaq dari syari'ah kemudian menyoroti Islam hanya dari dua hal tersebut. Namun geliat orang-orang yang memperjuangkan syari'ah tak kunjung berhenti, akhirnya mereka pun menempelkan embel-embel Islam dan syari'ah dalam beberapa hal seperti institusi pendidikan dan perbankan. Tapi yang mereka lakukan hanyalah mengaburkan syariat Islam yang sesungguhnya. Mereka menonjolkan aspek sosial dengan memberkan bantuan-bantuan bagi rakyat miskin yang notabene adalah KORBAN permainan mereka. Sedangkan teknik kedua adalah memunculkan isu terorisme, dan dengan alasan memerangi terorisme (padahal yang dimaksud adalah Islam) mereka melakukan segala cara untuk mencegah raksasa Islam bangkit kembali. Mulai dari memfitnah umat muslim yang memperjuangkan Islam dengan cara fisik, menangkapi umat muslim yang menyerukan penerapan syari'ah dan penegakan khilafah, hingga mengagresi negeri di mana penguasanya menolak untuk tunduk pada mereka. Semua hal mereka lakukan agar singa Islam tak bisa mengaum lagi. Namun mereka benar-benar lupa bahwa meskipun mereka membuat makar pada umat muslim, Allah adalah sebaik-baik pembuat makar. Maka pada saatnya nanti Islam akan menang selama kita tidak berhenti untuk memperjuangkannya. ALLAHU AKBAR!!!

Friday, March 5, 2010

Parodi Cicak: Paradoks Negeriku


A: Akhir-akhir ini masyarakat benar-benar melihat betapa ruwetnya hukum di Indonesia. Mulai dari tuduhan bahwa Bibit-Chandra menerima suap (padahal cuma disuapin makan sama istri masing-masing :P ) hingga buntut-buntutnya pak presiden membentuk Tim 8 yang akhirnya merekomendasikan kasus Bibit-Chandra dihentikan.
B: Nah loh? Gimana ceritanya?
A: Salah satu penyiar di sebuah stasiun TV swasta (ciehhh...) mengatakan bagaikan mengurai benang kusut. Kakak saya bahkan berkomentar bahwa kita harus cari benang merah.
B: Nah? Jadi, kita mau ngomongin benang kusut, benang merah, ato benang merah yang kusut? Jahit aja, Paaaak!!! Hehehe...
A: Sebenernya kalo kita mau melihat kasus yang mbuletnya na’udzu billah ini dari sudut pandang lain...maka dapat kita lihat bahwa sebenarnya orang-orang macam Anggodo, Anggoro, Yulianto, Yuliana, Ari Muladi, dan bla bla bla....hanyalah korban.
B: Lho? Kok korban? Bukannya korbannya si Bibit, Bebet, dan Bobot....eh, maksudnya Bibit-Chandra...?
A: Iyalah...mereka cuma korban...korban sistem. Aduh...berat, yah? Hehehe
B: Apa sih maksudnya?
A: Yah...maksudnya begini kira-kira....jika ada aturan tegas dan tidak bertele-tele tentang korupsi, persaksian, penuduhan, dan semua orang merasa terikat kuat dengan aturan itu serta sanksi yang tegas terhadap pelaku pelanggaran aturan-aturan tersebut....kira-kira bakal muncul ga sih orang-orang macam mereka?
B: Yah, kan tergantung orangnya....bisa jadi ada juga yang bebal kan....
A: Tapi setidaknya kalo ada aturan macam itu...mereka akan mikir sejuta kali buat ngelakuin itu. Tapi, emang sih...kalo hanya aturan yang berubah...belum cukup. Itulah kenapa saya katakan sistemnya yang makan korban, nggak hanya aturannya ajah...
B: Lha? Apa hubungannya dengan sistem?
A: Lha...kan sistem yang melahirkan aturan-aturan itu. Kan sistem yang jadi acuan untuk membuat semua peraturan tersebut. Kalo sistemnya kapitalis ya aturannya kapitalis juga. Kalo sistemnya kapitalis tapi aturannya Islam...namanya Jaka Sembung lagi kembung...ga nyambung, Bung! Hehehe...
B: Kok bisa?
A: Ya bisa dong.... Sekarang landasan sistemnya kebebasan dan keuntungan material...darimana bisa lahir aturan yang Islami? Kalaupun dipaksakan...pasti akan banyak kontradiksi dan belakang-belakangnya bakalan kebingungan sendiri....ya karena emang ora cocok lan ora mathuk...gitchu lowh...
B: Emang nggak cocoknya di mana?
A: Gene ya, Bro...kapitalis itu kan ngejar keuntungan duniawi semata sedangkan Islam kan ngejar surganya Allah...jadi dalam Islam, semua aturan yang mengatur kehidupan manusia haruslah berasal dari Allah, sang khaliq...yang menciptakan manusia itu sendiri. Saat kapitalis menghalalkan riba, Islam malah mengharamkannya. Saat Islam mengharamkan khamr, kapitalis malah membolehkannya, dtn (dan turunannya...hehehe). Akan banyak aturan-aturan yang bertentangan yang nggak bakal ada jalan kluarnya. Akhirnya memang hanya salah satu yang dapat dipertahankan. Sekarang contohnya...antara kewajiban berkerudung dalam Islam dengan HAM versi kapitalis dan demokrasi...kira-kira nyambung, ga? Dalam Islam, SEMUA muslimah yang sudah baligh WAJIB memakai jilbab dan kerudung di tempat-tempat yang mereka pasti akan bertemu pria asing yang bukan mahramnya. Sedangkan HAM versi kapitalis-demokrasi kan memandang itu hak, bukan kewajiban, artinya berkerudung itu MUBAH, bukan WAJIB.
B: Iya juga...
A: Sistem itulah yang akan membentuk masyarakat, bukan masyarakat yang membentuk sistem
B: Maksudnya gimana tuh?
A: Maksudnya...ya itu...coba deh liat aja. Sistem kapitalis akan membentuk masyarakatnya menjadi masyarakat kapitalis. Kalau mereka mau bertahan hidup dalam sistem itu...mereka harus mengikuti aturan main sistem itu. Iya, kan? Selama ini kan kita mengira bahwa kitalah yang berkuasa menentukan aturan untuk kita. Tapi kenyataannya...kita memang bebas bikin aturan tapi semua aturan ada pakemnya. Nah, pakemnya itu kan dari sistem. Contoh konkretnya gene, kita bebas ajah mau bikin aturan apa soal penanaman modal asing tapi syaratnya harus menguntungkan pihak investor, biaya produksinya kudu sedikit, hasilnya kudu banyak. Satu lagi, harus ada inflasi, deflasi, dtb (dan tetek bengeknya...hehehe) dalam sistem ekonomi. Belum lagi maju ato enggaknya negara ditentukan dari GDPnya...belum lagi dolar yang jadi tolak ukur mata uang sedunia. Ini semua hasil dari sistem kapitalis. Kita bisa buat aturan...tapi kita ga bisa apa-apa dengan pakemnya.
B: Kan Islam juga begitu...
A: Lho iya, jelas begitu...namanya juga sistem...kdu punya pakem alias landasan...ato bahasa kerennya...aqidah...hanya saja sistem Islam kan landasannya jelas iman pada Allah dan rasulNya. memenuhi perintahNya, dan menjauhi laranganNya. Jadi, aturan-aturan yang akan diterapkan pada masyarakat juga harus memenuhi pakem itu, tidak boleh tidak. Maka masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat yang sesuai dengan pakem itu tadi. Kalau ada yang melanggar, ya baru sanksi diterapkan atasnya.
B: Tapi apakah untuk menerapkan aturan Islam benar-benar harus mengubah sistem yang sudah ada? Kan kerjaan berat tuh.... Lagian di Aceh kan sudah diterapkan aturan Islam tuh dan mereka fine-fine adjah...
A: Gene loh, Bro...kalo ente mikirnya geto...berarti pikiran ente masih parsial dalam memandang masalah ini. Ente mau ga sih selamat dunia-akhirat?
B: Ya mau, donk...
A: Merasa cukup dengan sholat, zakat, puasa, dan akhlak yang selama ini ente punya?
B: Ya enggak lah...
A: Mau taat sama Allah, ga?
B: Ya iyalah...
A: Trus, kenapa ente bangga aturan Islam cuma diterapkan di Aceh dan ente ga ngerasain di sini?
B: Ehm...iya, ya...
A: Ya kita kudu ngiri lah....kenapa kok aturan Islam hanya diterapkan di Aceh? Padahal mayoritas penduduk Pulau Jawa kan muslim, mayoritas penduduk Kalimantan juga muslim, di Bali juga ada muslim, di Papua juga ada muslim. Kenapa aturan Islam hanya diterapkan di Aceh? Lagipula, sekarang...bisa kita lihat kalau hanya beberapa aturan saja yang sesuai dengan Islam...masyarakat bakalan sadar ga sih kalo sebenarnya mereka menjalankan aturan itu karena mereka memiliki keterikatan pada Allah? Kebanyakan mereka hanya beranggapan bahwa aturan-aturan itu hanyalah aturan-aturan negara. Kalo nggak ketahuan sama polisinya, ya nggak apa-apa melanggar. Karena menurut mereka kan yang ngawasin gerak-gerik mereka adalah polisi, bukan Allah. Ini disebabkan dalam sistem kapitalis sendiri urusan agama itu harus dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Jadi, agama itu tempatnya ya hanya di “tempat-tempat” ibadah, dan hanya bersifat ritual saja. Itu kan yang kita rasakan?
B: Iya juga...
A: Karena sistem kapitalis memang mengarahkan seperti itu. Jadi, di negara ini...bohong itu MUBAH, zina itu MUBAH, khamr itu MUBAH, daging babi juga MUBAH...meskipun toh yang melakukan adalah seorang muslim. Begitupun sholat...di negara ini...sholat itu MUBAH, puasa Ramadhan itu MUBAH, zakat fitrah itu MUBAH meskipun yang tidak melakukan adalah seorang muslim, ya nggak akan kena sanksi apa-apa. Akan beda ceritanya bila sistem yang diterapkan adalah sistem Islam. Jangankan hukuman seumur hidup...orang dihukum masuk penjara pun mungkin ga bakal ada!
B: Ah, masa sedrastis itu perbedaannya?
A: Ya iyalah...karena Islam tidak mengenal penahanan sebagai sanksi. Karena sanksi yang dikenakan tegas serta membawa efek jera bagi si pelaku pelanggaran. Sekarang, orang mana yang berani korupsi kalau dalam Islam hukumnya pencuri adalah potong tangan? Ya ngeri mereka. Apalagi kalo mereka nggak dapat hukuman di dunia, Allah lah yang akan menghukum mereka di neraka kelak dengan siksa yang berlipat-lipat pedihnya. Bayangkan masyarakat yang seperti itu...itu hanya ada bila sistem yang diterapkan adalah sistem Islam.
B: Nah, trus...bagaimana dengan orang-orang kafir?
A: Emangnya kenapa dengan mereka?
B: Masa mereka harus masuk Islam semua?
A: Emang siapa yang bilang begitu?
B: Ya...kan aturannya aturan Islam...
A: Orang kafir memang akan ditawari untuk masuk Islam, tapi kalau mereka nggak mau ya nggak ada yang maksa kok...toh itu pilihan masing-masing. Yang penting mereka menyatakan bersedia tunduk pada aturan Islam dalam hal-hal yang agama mereka tidak mengaturnya, contohnya dalam hal perdagangan, pendidikan, dtn (masih inget, kan?). Jadi, apa yang membuat mereka nggak ikutan sejahtera dalam naungan Islam? Toh, aturan-aturan itu tidak merugikan mereka. Emang ada satu pun agama di dunia ini yang memandang mencuri itu baik? Adakah yang memandang membunuh tanpa alasan itu terpuji? Nggak ada, kan?
B: Iya juga, ya....
A: Makanya...ganti sistemnya! Baru korupsi akan berhasil diberangus dengan tuntas!
B: Tapi, apa setelah sistem Islam diterapkan nggak bakalan kemungkinan orang korupsi?
A: Kemungkinan itu pasti ada, tapi akan sangat kecil sekali karena tiap orang tahu dan sadar betul bahwa mereka semua bertanggung jawab pada Allah atas semua pilihan hidup mereka. Lagipula, peradilan dalam Islam tuh sangat mudah, murah, efektif, dan efisien...semua manusia diposisikan sebagai orang yang tak bersalah sampai ada bukti-bukti yang menguatkan bahwa ia bersalah. Dan hukuman akan dilaksanakan begitu ia dinyatakan bersalah dan kesalahannya akan diumumkan ke seluruh penjuru negeri dan hukuman pun akan dilaksanakan di depan masyarakat umum. Nah, kurang kapok apa tuh orang? Dan orang yang punya kecenderungan untuk melanggar pun pasti mikir berjuta-juta kali sebelum melakukan pelanggaran tersebut karena konsekuensinya fisik dan mental memang.
B: Subhanallah...begitu sempurna sistem Islam itu, ya?
A: Ya iyalah, wong yang membuat ajah yang menciptakan seluruh alam semesta dan seisinya, yang paling tahu potensi dan kecenderungan makhluqNya....yaitu Allah....bagaimana mungkin meyengsarakan makhluqNya sendiri?
B: Subhanallah...

About Us

Open for public discussion about Syari'ah n Khilafah

Please contact us at




Facebook: Bright Thinker

Twitter: Sheefaulcolby