Friday, March 5, 2010

Parodi Cicak: Paradoks Negeriku


A: Akhir-akhir ini masyarakat benar-benar melihat betapa ruwetnya hukum di Indonesia. Mulai dari tuduhan bahwa Bibit-Chandra menerima suap (padahal cuma disuapin makan sama istri masing-masing :P ) hingga buntut-buntutnya pak presiden membentuk Tim 8 yang akhirnya merekomendasikan kasus Bibit-Chandra dihentikan.
B: Nah loh? Gimana ceritanya?
A: Salah satu penyiar di sebuah stasiun TV swasta (ciehhh...) mengatakan bagaikan mengurai benang kusut. Kakak saya bahkan berkomentar bahwa kita harus cari benang merah.
B: Nah? Jadi, kita mau ngomongin benang kusut, benang merah, ato benang merah yang kusut? Jahit aja, Paaaak!!! Hehehe...
A: Sebenernya kalo kita mau melihat kasus yang mbuletnya na’udzu billah ini dari sudut pandang lain...maka dapat kita lihat bahwa sebenarnya orang-orang macam Anggodo, Anggoro, Yulianto, Yuliana, Ari Muladi, dan bla bla bla....hanyalah korban.
B: Lho? Kok korban? Bukannya korbannya si Bibit, Bebet, dan Bobot....eh, maksudnya Bibit-Chandra...?
A: Iyalah...mereka cuma korban...korban sistem. Aduh...berat, yah? Hehehe
B: Apa sih maksudnya?
A: Yah...maksudnya begini kira-kira....jika ada aturan tegas dan tidak bertele-tele tentang korupsi, persaksian, penuduhan, dan semua orang merasa terikat kuat dengan aturan itu serta sanksi yang tegas terhadap pelaku pelanggaran aturan-aturan tersebut....kira-kira bakal muncul ga sih orang-orang macam mereka?
B: Yah, kan tergantung orangnya....bisa jadi ada juga yang bebal kan....
A: Tapi setidaknya kalo ada aturan macam itu...mereka akan mikir sejuta kali buat ngelakuin itu. Tapi, emang sih...kalo hanya aturan yang berubah...belum cukup. Itulah kenapa saya katakan sistemnya yang makan korban, nggak hanya aturannya ajah...
B: Lha? Apa hubungannya dengan sistem?
A: Lha...kan sistem yang melahirkan aturan-aturan itu. Kan sistem yang jadi acuan untuk membuat semua peraturan tersebut. Kalo sistemnya kapitalis ya aturannya kapitalis juga. Kalo sistemnya kapitalis tapi aturannya Islam...namanya Jaka Sembung lagi kembung...ga nyambung, Bung! Hehehe...
B: Kok bisa?
A: Ya bisa dong.... Sekarang landasan sistemnya kebebasan dan keuntungan material...darimana bisa lahir aturan yang Islami? Kalaupun dipaksakan...pasti akan banyak kontradiksi dan belakang-belakangnya bakalan kebingungan sendiri....ya karena emang ora cocok lan ora mathuk...gitchu lowh...
B: Emang nggak cocoknya di mana?
A: Gene ya, Bro...kapitalis itu kan ngejar keuntungan duniawi semata sedangkan Islam kan ngejar surganya Allah...jadi dalam Islam, semua aturan yang mengatur kehidupan manusia haruslah berasal dari Allah, sang khaliq...yang menciptakan manusia itu sendiri. Saat kapitalis menghalalkan riba, Islam malah mengharamkannya. Saat Islam mengharamkan khamr, kapitalis malah membolehkannya, dtn (dan turunannya...hehehe). Akan banyak aturan-aturan yang bertentangan yang nggak bakal ada jalan kluarnya. Akhirnya memang hanya salah satu yang dapat dipertahankan. Sekarang contohnya...antara kewajiban berkerudung dalam Islam dengan HAM versi kapitalis dan demokrasi...kira-kira nyambung, ga? Dalam Islam, SEMUA muslimah yang sudah baligh WAJIB memakai jilbab dan kerudung di tempat-tempat yang mereka pasti akan bertemu pria asing yang bukan mahramnya. Sedangkan HAM versi kapitalis-demokrasi kan memandang itu hak, bukan kewajiban, artinya berkerudung itu MUBAH, bukan WAJIB.
B: Iya juga...
A: Sistem itulah yang akan membentuk masyarakat, bukan masyarakat yang membentuk sistem
B: Maksudnya gimana tuh?
A: Maksudnya...ya itu...coba deh liat aja. Sistem kapitalis akan membentuk masyarakatnya menjadi masyarakat kapitalis. Kalau mereka mau bertahan hidup dalam sistem itu...mereka harus mengikuti aturan main sistem itu. Iya, kan? Selama ini kan kita mengira bahwa kitalah yang berkuasa menentukan aturan untuk kita. Tapi kenyataannya...kita memang bebas bikin aturan tapi semua aturan ada pakemnya. Nah, pakemnya itu kan dari sistem. Contoh konkretnya gene, kita bebas ajah mau bikin aturan apa soal penanaman modal asing tapi syaratnya harus menguntungkan pihak investor, biaya produksinya kudu sedikit, hasilnya kudu banyak. Satu lagi, harus ada inflasi, deflasi, dtb (dan tetek bengeknya...hehehe) dalam sistem ekonomi. Belum lagi maju ato enggaknya negara ditentukan dari GDPnya...belum lagi dolar yang jadi tolak ukur mata uang sedunia. Ini semua hasil dari sistem kapitalis. Kita bisa buat aturan...tapi kita ga bisa apa-apa dengan pakemnya.
B: Kan Islam juga begitu...
A: Lho iya, jelas begitu...namanya juga sistem...kdu punya pakem alias landasan...ato bahasa kerennya...aqidah...hanya saja sistem Islam kan landasannya jelas iman pada Allah dan rasulNya. memenuhi perintahNya, dan menjauhi laranganNya. Jadi, aturan-aturan yang akan diterapkan pada masyarakat juga harus memenuhi pakem itu, tidak boleh tidak. Maka masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat yang sesuai dengan pakem itu tadi. Kalau ada yang melanggar, ya baru sanksi diterapkan atasnya.
B: Tapi apakah untuk menerapkan aturan Islam benar-benar harus mengubah sistem yang sudah ada? Kan kerjaan berat tuh.... Lagian di Aceh kan sudah diterapkan aturan Islam tuh dan mereka fine-fine adjah...
A: Gene loh, Bro...kalo ente mikirnya geto...berarti pikiran ente masih parsial dalam memandang masalah ini. Ente mau ga sih selamat dunia-akhirat?
B: Ya mau, donk...
A: Merasa cukup dengan sholat, zakat, puasa, dan akhlak yang selama ini ente punya?
B: Ya enggak lah...
A: Mau taat sama Allah, ga?
B: Ya iyalah...
A: Trus, kenapa ente bangga aturan Islam cuma diterapkan di Aceh dan ente ga ngerasain di sini?
B: Ehm...iya, ya...
A: Ya kita kudu ngiri lah....kenapa kok aturan Islam hanya diterapkan di Aceh? Padahal mayoritas penduduk Pulau Jawa kan muslim, mayoritas penduduk Kalimantan juga muslim, di Bali juga ada muslim, di Papua juga ada muslim. Kenapa aturan Islam hanya diterapkan di Aceh? Lagipula, sekarang...bisa kita lihat kalau hanya beberapa aturan saja yang sesuai dengan Islam...masyarakat bakalan sadar ga sih kalo sebenarnya mereka menjalankan aturan itu karena mereka memiliki keterikatan pada Allah? Kebanyakan mereka hanya beranggapan bahwa aturan-aturan itu hanyalah aturan-aturan negara. Kalo nggak ketahuan sama polisinya, ya nggak apa-apa melanggar. Karena menurut mereka kan yang ngawasin gerak-gerik mereka adalah polisi, bukan Allah. Ini disebabkan dalam sistem kapitalis sendiri urusan agama itu harus dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Jadi, agama itu tempatnya ya hanya di “tempat-tempat” ibadah, dan hanya bersifat ritual saja. Itu kan yang kita rasakan?
B: Iya juga...
A: Karena sistem kapitalis memang mengarahkan seperti itu. Jadi, di negara ini...bohong itu MUBAH, zina itu MUBAH, khamr itu MUBAH, daging babi juga MUBAH...meskipun toh yang melakukan adalah seorang muslim. Begitupun sholat...di negara ini...sholat itu MUBAH, puasa Ramadhan itu MUBAH, zakat fitrah itu MUBAH meskipun yang tidak melakukan adalah seorang muslim, ya nggak akan kena sanksi apa-apa. Akan beda ceritanya bila sistem yang diterapkan adalah sistem Islam. Jangankan hukuman seumur hidup...orang dihukum masuk penjara pun mungkin ga bakal ada!
B: Ah, masa sedrastis itu perbedaannya?
A: Ya iyalah...karena Islam tidak mengenal penahanan sebagai sanksi. Karena sanksi yang dikenakan tegas serta membawa efek jera bagi si pelaku pelanggaran. Sekarang, orang mana yang berani korupsi kalau dalam Islam hukumnya pencuri adalah potong tangan? Ya ngeri mereka. Apalagi kalo mereka nggak dapat hukuman di dunia, Allah lah yang akan menghukum mereka di neraka kelak dengan siksa yang berlipat-lipat pedihnya. Bayangkan masyarakat yang seperti itu...itu hanya ada bila sistem yang diterapkan adalah sistem Islam.
B: Nah, trus...bagaimana dengan orang-orang kafir?
A: Emangnya kenapa dengan mereka?
B: Masa mereka harus masuk Islam semua?
A: Emang siapa yang bilang begitu?
B: Ya...kan aturannya aturan Islam...
A: Orang kafir memang akan ditawari untuk masuk Islam, tapi kalau mereka nggak mau ya nggak ada yang maksa kok...toh itu pilihan masing-masing. Yang penting mereka menyatakan bersedia tunduk pada aturan Islam dalam hal-hal yang agama mereka tidak mengaturnya, contohnya dalam hal perdagangan, pendidikan, dtn (masih inget, kan?). Jadi, apa yang membuat mereka nggak ikutan sejahtera dalam naungan Islam? Toh, aturan-aturan itu tidak merugikan mereka. Emang ada satu pun agama di dunia ini yang memandang mencuri itu baik? Adakah yang memandang membunuh tanpa alasan itu terpuji? Nggak ada, kan?
B: Iya juga, ya....
A: Makanya...ganti sistemnya! Baru korupsi akan berhasil diberangus dengan tuntas!
B: Tapi, apa setelah sistem Islam diterapkan nggak bakalan kemungkinan orang korupsi?
A: Kemungkinan itu pasti ada, tapi akan sangat kecil sekali karena tiap orang tahu dan sadar betul bahwa mereka semua bertanggung jawab pada Allah atas semua pilihan hidup mereka. Lagipula, peradilan dalam Islam tuh sangat mudah, murah, efektif, dan efisien...semua manusia diposisikan sebagai orang yang tak bersalah sampai ada bukti-bukti yang menguatkan bahwa ia bersalah. Dan hukuman akan dilaksanakan begitu ia dinyatakan bersalah dan kesalahannya akan diumumkan ke seluruh penjuru negeri dan hukuman pun akan dilaksanakan di depan masyarakat umum. Nah, kurang kapok apa tuh orang? Dan orang yang punya kecenderungan untuk melanggar pun pasti mikir berjuta-juta kali sebelum melakukan pelanggaran tersebut karena konsekuensinya fisik dan mental memang.
B: Subhanallah...begitu sempurna sistem Islam itu, ya?
A: Ya iyalah, wong yang membuat ajah yang menciptakan seluruh alam semesta dan seisinya, yang paling tahu potensi dan kecenderungan makhluqNya....yaitu Allah....bagaimana mungkin meyengsarakan makhluqNya sendiri?
B: Subhanallah...

0 comments:

Post a Comment

About Us

Open for public discussion about Syari'ah n Khilafah

Please contact us at




Facebook: Bright Thinker

Twitter: Sheefaulcolby