Umat muslim telah diMUTILASI atas nama nasionalisme, demokrasi, dan sekularisme. Itu memang kata-kata yang ekstrim tapi itulah yang terjadi dalam tubuh kaum muslimin saat ini. Sering kita dengar bahwa kaum muslimin adalah satu tubuh, kalau salah satu anggota badan merasakan sakit maka yang lain juga akan merasa sakit. Tapi apa yang terjadi sekarang? Antara muslim satu dengan muslim lain sudah tak seperti satu tubuh lagi. Perasaan sakit ketika salah satu muslim disakiti sudah memudar dan hampir tak terasa lagi. Mungkin hanya atas dasar kemanusiaan saja ada yang bersimpati. Itu pun tak banyak merespon, yang paling sering kita dengar "itu kan negara mereka, itu urusan mereka, kita tidak usah ikut campur, kita hanya mendukung saja upaya perdamaian". Seolah rasa sakit itu sudah tak menggerogoti pikiran mereka sama sekali. Tubuh macam apa itu? Ya, itu adalah tubuh yang sudah diMUTILASI yang sudah tak merasakan apa-apa lagi bila lengannya ditusuk belati, yang sudah tak merasa sakit lagi bila jempol kakinya dipatahkan...ya...MATI RASA.
Bagaimana kaum muslimin bisa mati rasa saat saudara-saudaranya di Afghanistan, di Iraq, di Palestina, di Chechnya disiksa, dibunuh hingga darah-darah mereka kering di jalan-jalan yang berdebu? Inilah, efek dari "MUTILASI" dengan kedok nasionalisme. Saya rasa pas sekali nasionalisme itu dikatakan sebagai MUTILASI karena memang sekejam itulah efek dari nasionalisme. Nasionalisme mampu membuat sesama muslim tak mengenali satu sama lain, saling mencurigai, saling bermusuhan bahkan saling membunuh dengan menanggalkan identitas aqidah mereka. Seolah-olah nasionalisme adalah sesuatu yang agung yang harus dilindungi keberadaannya. Padahal nasionalisme tak menghasilkan apa-apa kecuali luka menganga, memutus ikatan mulia atas dasar aqidah di antara umat muslim, diganti dengan ikatan2 rendahan semacam nasionalisme, kesukuan, dll. Nasionalisme juga telah mengubah umat muslim yang sejatinya adalah singa yang ditakuti oleh para penjajah kafir kapitalis menjadi anak-anak anjing kecil yang siap dicaplok dan dijadikan buruh-buruh mereka. Hal ini jelas terlihat dari ketergantungan negeri-negeri muslim terhadap investasi dari kaum kafir penjajah. Padahal yang mereka lakukan hanya menjadi benalu-benalu bagi negeri-negeri muslim. Mereka menciptakan suatu sistem ekonomi yang benar-benar menguntungkan mereka dan merugikan lawan-lawan mereka dan mereka mencengkeram negeri-negeri muslim dengan itu, membuat kita seolah-olah begitu bergantung pada mereka, mengiba, memelas, mengemis-ngemis pada mereka untuk datang dan berinvestasi di negeri-negeri kita. Padahal, pada kenyataannya merekalah yang butuh pada kita. Lihat saja betapa besar cadangan kekayaan alam negeri-negeri muslim. Barang tambang melimpah, flora dan fauna yang begitu kaya, hingga iklim yang sangat bagus untuk hidup, bercocok tanam, dan melaut. Apa yang kurang? Tak ada!
Kita saja yang mau-maunya dibodohi dan dikerdilkan oleh mereka bahwa kita tidak bisa mengelola ini semua sendirian, padahal orang-orang muslim itu cerdas. Saat para kafir penjajah itu sibuk menghadapi DARK AGE, Kaum muslimin sudah mencapai GOLDEN AGE. Begitu banyak hal telah ditemukan oleh para cendekiawan muslim saat para kafir penjajah itu sibuk menghadapi penguasa-penguasa mereka yang berjiwa lintah darat, menghisap darah rakyat mereka. Namun, menyadari potensi kekuatan kaum muslimin yang luar biasa ini, mereka menjadi ketakutan. Mereka tahu betul bahwa kaum muslimin tak akan terkalahkan saat bersatu dan memiliki keimanan yang kuat pada Allah dan RasulNya. Untuk itu mereka merancang suatu strategi yang tahan lama dengan efek yang susah disembuhkan, itulah gabungan dari nasionalisme, demokrasi, dan sekularisme lengkap dengan kapitalisme. Strategi ini terbukti berhasil melumpuhkan persendian kaum muslimin hingga kemudian kaum muslimin berhasil mereka mutilasi menjadi negara-negara kecil yang siap mereka jadikan santapan. Mereka juga tahu bahwa kaum muslimin bisa sangat hebat dengan Bahasa Arab, mereka ganti huruf-huruf Arab menjadi huruf latin dan makin mencengkeram negeri-negeri muslim dengan menjadikan Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional yang wajib dipelajari oleh para siswa sekolah di negeri-negeri muslim. Ini langkah awal untuk menjadikan masyarakat west minded. Kemudian mereka mencengkeram dan memanipulasi media-media informasi di seluruh dunia. Tak sulit untuk mencengkeram media-media tersebut karena hampir semua media informasi bersifat terbuka untuk investasi, siapa pun bisa menyetir asalkan "kompensasinya rasional". Dari media-media tersebut mereka menyuntikkan virus-virus nasionalisme dan demokrasi...yang akan menginternalisasi pemikiran kaum muslimin dan mengukuhkan cengkeraman kuku-kuku mereka di negeri-negeri muslim serta bebas menghisap kekayaan alamnya. Kaum muslimin dijauhkan dari pemikiran tentang agama mereka, dan saat mereka tahu itu tidak mungkin, mereka menyuntikkan sekularisme dan menjadikan pluralisme sebagai "dopping"nya. Setelah itu mereka mencekoki kaum muslimin dengan gaya hidup mewah ala zaman jahiliyyah yang kemudian menyuburkan penyakit wahn (cinta dunia) dalam diri umat muslim. Seiring dengan itu semua, mereka menghapuskan sejarah gemilang kaum muslimin dengan materi revolusi Inggris, revolusi Perancis, dan cerita dongeng kegemilangan mereka serta menyisakan kisah perang berdarah-darah umat muslim di lembar-lembar buku sejarah dunia. Mereka mencekoki kaum muslimin dengan ide-ide ekonomi kapitalis yang profit oriented dan sistem demokrasi yang kacau. Lalu mereka datang dengan topeng kerjasama bilateral, pura-pura berinvestasi, mendatangkan perusahaan-perusahaan besar loyal mereka untuk mengeksploitasi kekayaan alam negeri-negeri muslim dan memberikan bagian yang sangat sedikit bagi kaum muslimin sendiri. Dalam sistem demokrasi kapitalis dikenal nama otonomi yang kemudian mempermudah kaum kafir penjajah untuk menelannya. Dari sini muncullah isu disintegrasi karena tidak ada pemerataan pembangunan. Ekspos media terhadap negara-negara kafir penjajah yang besar-besaran dan hanya menayangkan kegemilangan-kegemilangan mereka membuat umat muslim silau dan akhirnya ingin mengikuti mereka. Umat muslim pun meniru gaya hidup hingga pemikiran-pemikiran mereka. Umat muslim terjebak pada pola hidup hedonis dan pola pikir kapitalis-sekuler, intinya kaum kafir penjajah telah suskses menidurkan kaum muslimin.
Namun kaum kafir menyadari bahwa mereka tak bisa menipu seluruh muslim, akan tetap ada golongan-golongan umat muslim yang tak menelan mentah-mentah racun mereka. Orang-orang tersebut pun mulai mengadakan berbagai perlawanan dari yang sifatnya pemikiran hingga fisik. Untuk menghadapi itu, para kafir penjajah menggunakan beberapa teknik. Yang pertama adalah dengan memunculkan golongan-golongan tandingan yang sifatnya sangat nasionalis dan liberalis. Tugas mereka adalah memutarbalikkan tafsir terhadap ayat-ayat Allah setelah mereka tak bisa lagi menipu umat muslim dengan Al-Quran palsu. Mereka pun menyulut berdirinya aliran-aliran sesat dalam tubuh Islam dan menjadikan golongan tadi sebagai pembela-pembelanya. Di sisi lain, mereka juga melihat potensi umat muslim untuk kembali mempelajari agama mereka, mereka mengokohkan dinding sekularisme dengan memisahkan bahasan ibadah dan akhlaq dari syari'ah kemudian menyoroti Islam hanya dari dua hal tersebut. Namun geliat orang-orang yang memperjuangkan syari'ah tak kunjung berhenti, akhirnya mereka pun menempelkan embel-embel Islam dan syari'ah dalam beberapa hal seperti institusi pendidikan dan perbankan. Tapi yang mereka lakukan hanyalah mengaburkan syariat Islam yang sesungguhnya. Mereka menonjolkan aspek sosial dengan memberkan bantuan-bantuan bagi rakyat miskin yang notabene adalah KORBAN permainan mereka. Sedangkan teknik kedua adalah memunculkan isu terorisme, dan dengan alasan memerangi terorisme (padahal yang dimaksud adalah Islam) mereka melakukan segala cara untuk mencegah raksasa Islam bangkit kembali. Mulai dari memfitnah umat muslim yang memperjuangkan Islam dengan cara fisik, menangkapi umat muslim yang menyerukan penerapan syari'ah dan penegakan khilafah, hingga mengagresi negeri di mana penguasanya menolak untuk tunduk pada mereka. Semua hal mereka lakukan agar singa Islam tak bisa mengaum lagi. Namun mereka benar-benar lupa bahwa meskipun mereka membuat makar pada umat muslim, Allah adalah sebaik-baik pembuat makar. Maka pada saatnya nanti Islam akan menang selama kita tidak berhenti untuk memperjuangkannya. ALLAHU AKBAR!!!
Rezim Budha Mianmar
12 years ago