Friday, July 31, 2009

Orang Miskin Dilarang Hamil

Keluarga miskin harus menunda dulu keinginannya mendapatkan keturunan. Pemkab Blitar telah memangkas dana bantuan persalinan ibu hamil dari keluarga miskin sehingga warga miskin yang mendapat bantuan juga berkurang.

“Kebijakan anggaran pemkab aneh karena pasangan suami istri keluarga miskin (gakin) sepertinya dilarang hamil,” ujar anggota Panitia Anggaran (Panggar) DPRD Kabupaten Blitar, Achmad Dardiri, ketika mencermati usulan perubahan anggaran dari jajaran pemkab, khususnya dinas kesehatan.

Menurut anggota FKB ini, dalam usulan Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) APBD 2009, dinkes justru memangkas pos anggaran bantuan perawatan ibu miskin hamil yang hanya dialokasikan sebesar Rp 55,6 juta, dari anggaran semula Rp 99,8 juta. Selain itu, anggaran untuk pertolongan ibu miskin hamil dari alokasi semula Rp 44,5 juta, dipangkas menjadi Rp 23,3 juta.

Ironisnya, pemangkasan anggaran tersebut dilakukan untuk mencukupi alokasi anggaran Asuransi Kesehatan (Askes) bagi PNS di jajaran pemkab sebesar Rp 639 juta. Padahal, berdasarkan data yang dimiliki Panggar, alokasi anggaran Askes telah menjadi temuan audit BPK pada APBD 2008.

“Besarnya temuan dalam audit BPK sama dengan besarnya usulan anggaran Askes dalam PAK senilai Rp 639 juta. Kami menduga, anggaran tersebut untuk menutupi hasil temuan tersebut,” tuturnya.

Selain pos bantuan perawatan ibu miskin hamil, beberapa pos lain di dinkes juga dipangkas untuk mencukupi anggaran sebesar Rp 639 juta yang menjadi temuan BPK dan harus disetorkan kembali ke kas daerah.

Secara terpisah, Kepala Dinkes Kabupaten Blitar dr Kuspardani ketika dikonfirmasi melalui ponselnya mengaku tidak tahu mengenai pemangkasan tersebut karena sampai saat ini pembahasan PAK APBD 2009 belum disahkan. Dia menduga, karena bantuan kesehatan bagi gakin sudah dialokasikan melalui Jamkesmas sehingga bantuan persalinan ibu dari gakin dikurangi. (Kompas.com, 31/7/2009)

Negara Islam Bukan Ilusi

Ide lama yang basi menyerang ideologi Islam, penegakan syariah Islam, Khilafah kembali muncul. Kelompok liberal Sabtu malam (18/05 ) meluncurkan buku berjudul "Ilusi Negara Islam": Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia. Buku setebal 322 halaman yang diterbitkan atas kerja sama Gerakan Bhineka Tunggal Ika, the Wahid Institute dan Maarif Institute .

Menurut Gus Dur studi dalam buku ini dilakukan dan dipublikasikan untuk membangkitkan kesadaran seluruh komponen bangsa khususnya para elit dan media massa tentang bahaya ideologi dan paham Islam garis keras yang di bawa ke Tanah Air oleh gerakan transnasional Timur Tengah.

Sebenarnya perdebatan transnasional tidak relevan. Persentuhan Indonesia dengan ideologi transnasional adalah hal yang tak terelakan. Bukan hanya ideologi, Indonesia juga bersentuhan dengan hal lain baik itu berupa agama, seni, budaya, bahasa, bahkan juga makanan yang bersifat transnasional. Lima agama yang diakui (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha) juga Konghu Cu, semuanya berasal dari luar Indonesia. Termasuk pula gagasan-gagasan sistem politik seperti demokrasi, bahkan istilah republik juga berasal dari Barat.

Masuknya Islam ke Indonesia juga tidak bisa dilepaskan dari watak 'transnasional' Islam. Adalah Sultan Muhammad I dari kekhilafahan Utsmani yang pada tahun 808H/1404M pertama kali mengirim para ulama (kelak dikenal sebagai Walisongo) untuk berdakwah ke pulau Jawa seperti Maulana Malik Ibrahim (Turki), Maulana Ishaq (Samarqand) yang dikenal dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Ahmad Jumadil Kubra (Mesir), Maulana Muhammad al-Maghrabi (Maroko) Maulana Malik Israil (Turki), Maulana Hasanuddin (Palestina), Maulana Aliyuddin (Palestina) dan Syekh Subakir dari Persia.

Keberadaan ormas-ormas Islam besar di Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, juga tidak bisa dilepaskan dari persinggungan dengan dunia Islam internasional. Watak transnasional ini wajar saja mengingat Islam memang agama bagi seluruh manusia di dunia (rahmatan lil 'alamin). Tokoh-tokoh pendiri ormas itu sebagian besar belajar di Timur Tengah dan menyebarkan pemikiran-pemikiran ulama dari Timur Tengah yang menjadi pusat Islam saat itu.

Penyakit Islamophobia dan Syariahphobia sepertinya telah membutakan mata hati dan sikap rasional kelompok liberal dan pengusungnya ini. Kenapa hanya Ideologi Islam dan kelompok Islam yang mereka anggap sebagai ancaman dari luar dan bersifat transnasionalisme. Sementera itu, ide-ide liberal dan sekuler seperti demokrasi , HAM, pluralisme, ide gender, yang mereka usung yang sesungguhnya merupakan ide import (dari Barat) dan juga berwatak transnasional, tidak dianggap ancaman.

Padahal ide liberal dan sekuler ini bukan hanya mengancam, tapi telah menjadi penyebab kehancuran Indonesia dan dunia Islam. Bukankah penerapan ekonomi yang neo liberal di Indonsia dengan progam pengurangan subsidi, privatisasi, investasi asing dan pasar bebas telah menyebabkan kemiskinan dan perampokan kekayaan alam Indonesia.

Atas nama HAM, kebebasan bertingkah laku mereka merusak moralitas menjerumuskan para pemuda dalam kemaksiatan. Dengan alasan HAM, mereka minta pornografi dan pornaaksi, pengakuan terhadap kelompok gay dan lesbian dilegalkan. Sementara perda yang mewajibkan busana Muslimah dianggap melanggar HAM.

Atas nama HAM juga mereka meracuni akidah umat Islam. Dengan dalih kebebasan beragama, kelompok liberal ini meminta agar Ahmadiyah jangan dilarang. Tidak hanya itu 'tafsir' liberal yang mereka usung telah menghancurkan sendi-sendi Islam yang mendasar yang menimbulkan keraguan terhadap kebenaran Alquran dan As Sunnah.

Kelompok liberal ini menganggap kelompok yang ingin menegakkan syariah Islam sebagai garis keras. Sementara AS dan sekutunya yang dengan alasan HAM dan penyebaran demokrasi, serta perang melawan terorisme membunuh jutaan umat Islam di Irak, Afghanistan, Somalia, Sudan, dan Palestina, tidak secara intensif mereka kritik . Bukankah dengan dalih HAM (kebebasan menentukan nasib sendiri) Timor Timur lepas, dan hal yang sama sedang mengancam Aceh dan Papua? Jadi ideologi mana yang sebenarnya berbahaya ?

Yang jelas kewajiban penegakan syariah Islam dan Khilafah adalah perintah Allah SWT. Tidak mungkin hukum yang berasal dari Allah SWT akan mencelakakan manusia. Semua itu bukan mimpi, bukan sekedar ilusi, tapi terbukti secara normatif maupun historis.

Syariah Islam akan membebaskan Indonesia dari penjajahan ideologi negara imperialis dan mensejahterakan rakyat .

Syariah Islam akan menjamin kebutuhan pokok tiap individu rakyat yang menjadi tanggung jawab negara. Berdasarkan syariah Islam pendidikan dan kesehatan wajib gratis. Syariah Islam juga melarang barang-barang yang merupakan pemilikan umum (al milkiyah al 'amah) seperti emas, perak, minyak, batu bara diserahkan kepada swasta apalagi asing . Milik rakyat yang harus dikelola untuk kemaslahatan umat.

Syariah juga akan mencegah setiap intervensi asing yang mengancam disintegrasi umat dan negara. Sedangkan Khilafah Islam adalah instutisi yang menerapkan syariah Islam dan menyatukan umat Islam sehingga menjadi negara adidaya global yang mensejahterakan manusia. Lantas siapa yang sebenarnya mengancam Indonesia ?[] mediaumat.com

Moments...

Ini bukan tentang momentum yang dibahas di pelajaran Fisika...ini juga bukan momen-momen tentang sesuatu yang membahagiakan...ini adalah momen yang mungkin tak akan terulang untuk kedua kalinya.

Momen ini adalah momen yang amat sangat melelahkan bagiku. Di mana aku tidak pernah merasakan kelelahan macam ini sebelumnya...wah, rasa kayak digebukin orang satu kampung capeknya! Beuh, emang dah pernah digebukin ma orang sekampung, yawh? Heuheuheu

Ga pernah, c...cuma ngebayanginnya keknya serem, deh...hihihi

Alkisah...saya sedang mempersiapkan program KKN yaitu Uji Bahan Berbahaya pada makanan. Well, saking pusingnya, sampe-sampe saya muter-muter buat nyari sample makanan yang mengandung formalin, boraks, dan pewarna tekstil...heueheueheu

Akhirnya waktu hari H (Sabtu) badan saya terasa pegal semua...heheheh....padahal saya harus bawa tas yang lumayan berat karena siangnya saya harus mengikuti acara training yang diadakan oleh MHTI. Lalu saya mendapat kabar bahwa ayah salah satu sahabat saya meninggal pada hari itu sehingga saya dan beberapa sahabat saya pun merencanakan untuk berkunjung ke rumahnya di Prigen. Tetapi ada masalah yang kemudian membuat kami tidak bisa menentukan kapan bisa berangkat. Ada yang bilang hari Minggu siang setelah training, ada juga yang bilang hari Senin. Wah, kalau Senin saya tidak bisa ikut...masalahnya saya sudah ada janji dengan dosen pembimbing saya, itu yang saya katakan. Minggu pagi saya merasa sangat mengantuk karena tidur jam 12 malam dan harus bangun lagi jam 2 padahal saya tidak bisa tidur dengan tenang sepanjang malam karena tidur dengan banyak orang dan dempet-dempet. Entah bagaimana caranya, Minggu pagi saya dapat berita bahwa kami berangkat setelah sholat Shubuh n balik jam 8. Akhirnya kami berangkat jam 6 dari Malang...kami berangkat dengan motor...dan saya berada di dabisan paling depan karena saya bersama dengan orang yang tahu rumah sahabat saya itu.

SubhanaLlah, perjalanan kami benar-benar dipenuhi dengan banyak tantangan. Tantangan pertama adalah kabut tebal yang menyelimuti jalan antara Malang-Lawang yang membuat saya harus melepas kacamata saya kemudian membersihkannya dan memasangnya lagi dan itu harus saya lakukan TANPA MENGHENTIKAN SEPEDA MOTOR. Dan akhirnya saya putuskan untuk tetap memakai kacamata dan membersihkannya tanpa melepasnya karena kabut itu berubah menjadi titik-titik air di kacamata saya, kalau kena mata...mata saya jadi perih soalnya helm saya bukan helm teropong.

Tantangan kedua adalah medan yang berat. Saat orang di belakang saya mengatakan "terus, Dik!" maka kami langsung menemui kondisi jalan yang na'udzu billah...RUSAK PARAH!!! Lubang di mana-mana dan medannya yang naik-turun. MasyaaLlah...kami pun menemukan jalan yang turunnya lumayan tajam, sekitar 60 derajat dan kondisi jalan yang rusak parah....tetapi alhamdulillah, kami berhasil melewatinya. Kami melewati beberapa tanjakan dan turunan yang mengerikan hingga tiba di sebuah jalan pavingan yang di samping-sampingnya berderet-deret tanaman tebu, orang di belakang saya bilang, "tunggu, Dik...Mbak kayaknya nggak pernah lewat sini, deh!" WADUH!!!

Inilah tantangan yang ketiga...mencari jalan yang benar. Kami bertanya-tanya pada penduduk sekitar di manakah desa yang kami tuju....dan hasilnya? MasyaaLlah, desanya terletak jauh sekali dari lokasi kami saat itu. Kami bahkan sudah salah jalan sejak sebelum turunan curam tadi. Akhirnya kami menemukan jalan yang benar....dan lebih bagus, alhamdulillah. Ini baru masuk akal, pikir saya saat itu. Padahal tadinya saya dan teman-teman saya berpikir kasihan sekali sahabat kami itu...untuk menuju rumah saja beratnya bukan main.....Dan saya sempat berpikiran gila, kalau orang yang saya bonceng sedang hamil maka dia pasti sudah keguguran saat itu. Hehehe....

Alhamdulillah kami sampai dengan selamat setelah melalui jalan yang berliku-liku. Kami disambut dengan ramah oleh sahabat kami itu. Wajahnya tampak tenang, tak ada ekspresi kesedihan yang ditampakkannya, subhanaLlah...saya sampai tidak tahu harus berkata apa. Ini kali kedua saya takziyah ke rumah sahabat saya. Dan dua-duanya memang pribadi-pribadi yang tenang. Yang terdahulu, kami pergi bersepuluh (tapi yang tiga ikhwan) ke Bangkalan dengan bus. Saya sangat trenyuh ketika melihat betapa tegar sahabat-sahabat saya melihat orang-orang yang mereka cintai dipanggil kembali pada Rabb mereka. Saat itu ia berkata, "kemarin cuma nangis karena tahu nggak bakal ketemu lagi, dulunya ada...sekarang ada..." SubhanaLlah...tapi saya sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Selain karena lelah, saya juga takut mengeluarkan kata-kata yang tidak tepat. Makanya, saya lebih banyak diam kemarin (sambil nyemil, biar ga garink...hehehe). Tadinya, kami diajak ke kebun salak milik keluarganya...tapi kami harus cepat-cepat kembali ke Malang. Masih ada beberapa materi training yang harus kami ikuti. Kami bertanya pada orang yang saya bonceng tadi tentang outbond training....ia berkata mungkin outbond dilaksanakan pukul 9.30 WIB. Kami berpikir mungkin saat kami tiba di sana, teman-teman yang lain sudah berangkat outbond dan kami tidak ikut. Kami kembali dari Prigen sekitar pukul 9. Dengan kecepatan tinggi, saya melajukan motor, ingin cepat-cepat kembali ke Malang...karena saya sudah lelah luar biasa. Dua teman saya sudah melaju mendahului saya. Sementara yang dua lagi malah jauh tertinggal di belakang karena saya selalu mengecek mereka lewat spion dan saat saya mengecek lagi, mereka sudah tidak terlihat. Dan akhirnya, kami sampai di Masjid Ar-Ridho (tempat training) sekitar jam setengah sebelas. Orang yang saya bonceng menanyakan tentang dua teman saya yang belum datang. Saya bilang mereka tertinggal jauh di belakang mungkin sejak di Pasuruan atau sebelumnya. Akhirnya, ia mengirim SMS pada salah satu dari keduanya dan alhamdulillah mereka sudah dekat dari tempat training. Kami beristirahat dan sambil menikmati sarapan pagi kami yang terlambat. Lalu saya bertanya pada salah seorang panitia apakah outbond sudah selesai dilaksanakan karena saya masih melihat peserta masih mengikuti materi di lantai atas. Dan tahu apa yang dikatakannya?

"Oh, Outbondnya baru mau mulai, habis ini, Dik"

JDARRRRRR!!!!
Kami kaget luar biasa. Waduh...mana lelah...harus ikut outbond, bahan kurang...masyaaLlah. Akhirnya kami mengikuti outbond dengan lelah hingga kami tidak bisa fokus. Apalagi saya yang dari hari sebelumnya bellum punya kelompok (sendiri!!!). Saya masuk di kelompok 4 bersama salah satu teman saya. Dan kami tidak tahu kenapa, kelompok kami selalu kalah, mungkin kami kurang fokus....tapi kami justru have fun...hehehe....kami santai saja. Dan setiap kali kami kalah, kami justru berfoto bersama dengan pose-pose gila...hihihi

Begitulah. Siangnya kami bersih diri dan kembali lagi ke lokasi untuk mengikuti materi terakhir. Saat itu, saya sudah tidak dapat menahan kantuk. Saya hampir tertidur saat materi disampaikan. Untungnya waktu itu hanya kritik, saran, dan pertanyaan. Sebenarnya saya ingin bertanya, tapi saya takut pertanyaan saya nggak nyambung. Jadi, saya diam saja. Akhirnya malah ngantuk. Hingga acara terakhir bertajuk FORUM CINTA yang isinya tukar hadiah (sebelumnya kami memang diinstruksikan untuk membawa hadiah). Hadiah kami dikumpulkan lalu dibagikan secara acak. Kemudian hadiah itu tadi dipindahtangankan hingga sepuluh kali. Dan hadiah yang kami pegang itulah yang menjadi milik kami. Saat forum itu berakhir, berakhir pula acara training hari itu.

Sebenarnya hari itu, Kakak dan Kakak ipar saya juga pindahan ke rumah kontrakan mereka yang ada di Sawojajar II dan saya juga diminta ikut. Tapi saya benar-benar lelah dan hanya ingin istirahat. Saya bilang pada mama kalau saya mungkin ke sana besoknya.

Begitulah...momen-momen yang paling melelahkan dalam hidup saya -sejauh ini- semoga banyak memberikan informasi yang saya butuhkan kelak.

Monday, July 27, 2009

Moments...

Ini bukan tentang momentum yang dibahas di pelajaran Fisika...ini juga bukan momen-momen tentang sesuatu yang membahagiakan...ini adalah momen yang mungkin tak akan terulang untuk kedua kalinya.

Momen ini adalah momen yang amat sangat melelahkan bagiku. Di mana aku tidak pernah merasakan kelelahan macam ini sebelumnya...wah, rasa kayak digebukin orang satu kampung capeknya! Beuh, emang dah pernah digebukin ma orang sekampung, yawh? Heuheuheu

Ga pernah, c...cuma ngebayanginnya keknya serem, deh...hihihi

Alkisah...saya sedang mempersiapkan program KKN yaitu Uji Bahan Berbahaya pada makanan. Well, saking pusingnya, sampe-sampe saya muter-muter buat nyari sample makanan yang mengandung formalin, boraks, dan pewarna tekstil...heueheueheu

Akhirnya waktu hari H (Sabtu) badan saya terasa pegal semua...heheheh....padahal saya harus bawa tas yang lumayan berat karena siangnya saya harus mengikuti acara training yang diadakan oleh MHTI. Lalu saya mendapat kabar bahwa ayah salah satu sahabat saya meninggal pada hari itu sehingga saya dan beberapa sahabat saya pun merencanakan untuk berkunjung ke rumahnya di Prigen. Tetapi ada masalah yang kemudian membuat kami tidak bisa menentukan kapan bisa berangkat. Ada yang bilang hari Minggu siang setelah training, ada juga yang bilang hari Senin. Wah, kalau Senin saya tidak bisa ikut...masalahnya saya sudah ada janji dengan dosen pembimbing saya, itu yang saya katakan. Minggu pagi saya merasa sangat mengantuk karena tidur jam 12 malam dan harus bangun lagi jam 2 padahal saya tidak bisa tidur dengan tenang sepanjang malam karena tidur dengan banyak orang dan dempet-dempet. Entah bagaimana caranya, Minggu pagi saya dapat berita bahwa kami berangkat setelah sholat Shubuh n balik jam 8. Akhirnya kami berangkat jam 6 dari Malang...kami berangkat dengan motor...dan saya berada di dabisan paling depan karena saya bersama dengan orang yang tahu rumah sahabat saya itu.

SubhanaLlah, perjalanan kami benar-benar dipenuhi dengan banyak tantangan. Tantangan pertama adalah kabut tebal yang menyelimuti jalan antara Malang-Lawang yang membuat saya harus melepas kacamata saya kemudian membersihkannya dan memasangnya lagi dan itu harus saya lakukan TANPA MENGHENTIKAN SEPEDA MOTOR. Dan akhirnya saya putuskan untuk tetap memakai kacamata dan membersihkannya tanpa melepasnya karena kabut itu berubah menjadi titik-titik air di kacamata saya, kalau kena mata...mata saya jadi perih soalnya helm saya bukan helm teropong.

Tantangan kedua adalah medan yang berat. Saat orang di belakang saya mengatakan "terus, Dik!" maka kami langsung menemui kondisi jalan yang na'udzu billah...RUSAK PARAH!!! Lubang di mana-mana dan medannya yang naik-turun. MasyaaLlah...kami pun menemukan jalan yang turunnya lumayan tajam, sekitar 60 derajat dan kondisi jalan yang rusak parah....tetapi alhamdulillah, kami berhasil melewatinya. Kami melewati beberapa tanjakan dan turunan yang mengerikan hingga tiba di sebuah jalan pavingan yang di samping-sampingnya berderet-deret tanaman tebu, orang di belakang saya bilang, "tunggu, Dik...Mbak kayaknya nggak pernah lewat sini, deh!" WADUH!!!

Inilah tantangan yang ketiga...mencari jalan yang benar. Kami bertanya-tanya pada penduduk sekitar di manakah desa yang kami tuju....dan hasilnya? MasyaaLlah, desanya terletak jauh sekali dari lokasi kami saat itu. Kami bahkan sudah salah jalan sejak sebelum turunan curam tadi. Akhirnya kami menemukan jalan yang benar....dan lebih bagus, alhamdulillah. Ini baru masuk akal, pikir saya saat itu. Padahal tadinya saya dan teman-teman saya berpikir kasihan sekali sahabat kami itu...untuk menuju rumah saja beratnya bukan main.....



TO BE CONTINUED.....

Apakah kami akan menemukan rumahnya? Nantikan kisah selanjutnya!

About Us

Open for public discussion about Syari'ah n Khilafah

Please contact us at




Facebook: Bright Thinker

Twitter: Sheefaulcolby