Ini bukan tentang momentum yang dibahas di pelajaran Fisika...ini juga bukan momen-momen tentang sesuatu yang membahagiakan...ini adalah momen yang mungkin tak akan terulang untuk kedua kalinya.
Momen ini adalah momen yang amat sangat melelahkan bagiku. Di mana aku tidak pernah merasakan kelelahan macam ini sebelumnya...wah, rasa kayak digebukin orang satu kampung capeknya! Beuh, emang dah pernah digebukin ma orang sekampung, yawh? Heuheuheu
Ga pernah, c...cuma ngebayanginnya keknya serem, deh...hihihi
Alkisah...saya sedang mempersiapkan program KKN yaitu Uji Bahan Berbahaya pada makanan. Well, saking pusingnya, sampe-sampe saya muter-muter buat nyari sample makanan yang mengandung formalin, boraks, dan pewarna tekstil...heueheueheu
Akhirnya waktu hari H (Sabtu) badan saya terasa pegal semua...heheheh....padahal saya harus bawa tas yang lumayan berat karena siangnya saya harus mengikuti acara training yang diadakan oleh MHTI. Lalu saya mendapat kabar bahwa ayah salah satu sahabat saya meninggal pada hari itu sehingga saya dan beberapa sahabat saya pun merencanakan untuk berkunjung ke rumahnya di Prigen. Tetapi ada masalah yang kemudian membuat kami tidak bisa menentukan kapan bisa berangkat. Ada yang bilang hari Minggu siang setelah training, ada juga yang bilang hari Senin. Wah, kalau Senin saya tidak bisa ikut...masalahnya saya sudah ada janji dengan dosen pembimbing saya, itu yang saya katakan. Minggu pagi saya merasa sangat mengantuk karena tidur jam 12 malam dan harus bangun lagi jam 2 padahal saya tidak bisa tidur dengan tenang sepanjang malam karena tidur dengan banyak orang dan dempet-dempet. Entah bagaimana caranya, Minggu pagi saya dapat berita bahwa kami berangkat setelah sholat Shubuh n balik jam 8. Akhirnya kami berangkat jam 6 dari Malang...kami berangkat dengan motor...dan saya berada di dabisan paling depan karena saya bersama dengan orang yang tahu rumah sahabat saya itu.
SubhanaLlah, perjalanan kami benar-benar dipenuhi dengan banyak tantangan. Tantangan pertama adalah kabut tebal yang menyelimuti jalan antara Malang-Lawang yang membuat saya harus melepas kacamata saya kemudian membersihkannya dan memasangnya lagi dan itu harus saya lakukan TANPA MENGHENTIKAN SEPEDA MOTOR. Dan akhirnya saya putuskan untuk tetap memakai kacamata dan membersihkannya tanpa melepasnya karena kabut itu berubah menjadi titik-titik air di kacamata saya, kalau kena mata...mata saya jadi perih soalnya helm saya bukan helm teropong.
Tantangan kedua adalah medan yang berat. Saat orang di belakang saya mengatakan "terus, Dik!" maka kami langsung menemui kondisi jalan yang na'udzu billah...RUSAK PARAH!!! Lubang di mana-mana dan medannya yang naik-turun. MasyaaLlah...kami pun menemukan jalan yang turunnya lumayan tajam, sekitar 60 derajat dan kondisi jalan yang rusak parah....tetapi alhamdulillah, kami berhasil melewatinya. Kami melewati beberapa tanjakan dan turunan yang mengerikan hingga tiba di sebuah jalan pavingan yang di samping-sampingnya berderet-deret tanaman tebu, orang di belakang saya bilang, "tunggu, Dik...Mbak kayaknya nggak pernah lewat sini, deh!" WADUH!!!
Inilah tantangan yang ketiga...mencari jalan yang benar. Kami bertanya-tanya pada penduduk sekitar di manakah desa yang kami tuju....dan hasilnya? MasyaaLlah, desanya terletak jauh sekali dari lokasi kami saat itu. Kami bahkan sudah salah jalan sejak sebelum turunan curam tadi. Akhirnya kami menemukan jalan yang benar....dan lebih bagus, alhamdulillah. Ini baru masuk akal, pikir saya saat itu. Padahal tadinya saya dan teman-teman saya berpikir kasihan sekali sahabat kami itu...untuk menuju rumah saja beratnya bukan main.....
TO BE CONTINUED.....
Apakah kami akan menemukan rumahnya? Nantikan kisah selanjutnya!
Rezim Budha Mianmar
12 years ago
0 comments:
Post a Comment